Objek Forma Filsafat Administrasi
OBJEK FORMA
FILSAFAT ADMINISTRASI
Obyek forma
filsafat administrasi adalah keteraturan, pengaturan, atau dalam lingkup yang
luas yaitu administration (Inggris) atau beheren atau bestuur (Belanda) yang
berarti “pemerintah, pemerintahan” yang kesemuanya sebagai hasil dari
pendekatan yang digunakan.
Artinya,
dengan pendekatan yang digunakan, akan memberi batas terhadap apa yang menjadi
objek materia dari filsafat yang dikaji.
Pendekatan
atau yang menjadi pembatas inilah yang menempatkan perbedaan suatu kajian
filsafat tertentu.
Keteraturan,
pengaturan, kepemerintahan sebagai obyek forma filsafat administrasi secara
substansial atau secara esensial akan nampak pada hubungan pengatur dengan
pihak yang diatur, baik itu dalam konteks internal kerjasama yang berlangsung
maupun secara eksternalberlangsung antara individu sebagai manusia subyek
administrasi dengan individu dalam kehidupan yang lebih luas, apakah dalam
realitas kehidupan kelompok kecil hingga pada kehidupan masyarakat, bahkan
negara sekalipun sebagai objek yang harus dilayani, diayomi dan diberdayakan
oleh para subyek administrasi.
Dalam artian
yang lebih luas dan mendalam, esensi keteraturan dalam administrasi akan Nampak
pada hubungan pemerintahan yang berlangsung secara fungsional yang diciptakan
oleh para subjek administrasi sebagai pemerintah dengan para subjek yang diatur
sebagai pihak yang diperintah.
Bagaimana
hubungan itu berlangsung melalui: filsafat administrasi, kita akan memahaminya
lewat hubungan pengaturan, yaitu hubungan pemerintahan.
Dalam rangka
pemahaman itulah maka akan banyak ditemukan berbagai hal yang berkaitan dengan
jawaban-jawaban yang harus diberikan secara filosofis, mulai dari persoalan
gejala (fenomena) administrasi, normative administrasi hingga pada
probabilistic administrasi.
Renungan:
1.
Allah Swt,
berfirman “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada
Allah” (QS. Ali-‘Imran [3] 10).
2.
Tidak boleh
iri, kecuali kedua orang, yaitu lelaki yang diberi harta oleh Allah, lantas ia
menguasainya sampai habis dalam kebenaran, dan lelaki yang diberi hikmah
(kebijaksanaan) oleh Allah lantas mempraktikkan dan mengajarkannya” (HR.
Bukhari dan Muslim).
Dan
tolong-menolonglah kam dalam (mengerjakan) kebajikan
Bahan Kuliah
Etika dan Fils. Kepemimpinan
Sugeng
Rusmiwari
081 334 995
112
KEHIDUPAN
MANUSIA
Menurut
pendapat Henry P. Knowles dan Borje O Saxberg, bahwa dalam kehidupan ini
terdapat orang yang bersifat baik dan orang yang memiliki sifat buruk.
Tetapi dalam
kenyataannya sebenarnya tidak ada orang yang baik mutlak demikian pula
tidakTetapi dalam kenyataannya sebenarnya tidak ada orang yang baik mutlak
demikian pula tidak ada orang yang buruk mutlak.
Dengan kata
lain tidak ada orang yang memiliki sifat ekstrem. Pada umumnya orang akan
memiliki sifat keduanya.
Sumber:
Fremont E.
Kast & James E. Rosenzweigh, Organization and Management a System Approach,
Edisi ke – 2, McGraw-Hill Kogakusha, Tokyo, 1984, p. 259.
"TEORI
X, Y, Z"
Orang yang
memiliki memiliki sifat buruk ditumbuhkan teori X, dan sehubungan dengan adaya
orang yang memiliki sifat baik diciptakan teori Y. Teori ini diciptakan oleh
Douglas Mc Gregor.
Menurut
Anthony G. Atos dan Robert E. Coffey,
“Theory X”:
1.
Kebanyakan
orang secara alami menentang kerja dan bersifat malas. Oleh karena itu,
mereka harus diberi motivasi dengan perangsang dari luar.
2.
Tujuan
kebanyakan orang bertentangan dengan tujuan organisasi, oleh karena itu orang
harus diarahkan, diberi motivasi, dipaksa, dikontrol agar supaya
mempertanggungkan kesamaan mereka dengan kebutuhan organisasi.
3.
Kebanyakan
orang didorang terutama oleh perangsang-perangsang yang bersifat ekonomis.
Karena sumber ekonomi organisasi ada di bawah pengontrolan para
mmenejer, para menejer memiliki alat kekuasaan untuk mendorong dan mengontrol
para pekerja, yang harus menerima secara pasif nasib mereka jika mereka
mengharapkan untuk mencapai imbalan-imbalan ekonomi.
4.
Kebanyakan
orang mencari kemananan dan ingin menghindarkan tanggung jawab, oleh karena itu
mereka rela menerima pengarahan dari para manajer.
5.
Perilaku
didasarkan perasaan adalah irasional, dan karena banyak orang berperilaku
menguntungkan pada perasaan mereka, mereka tidak dapat dipercaya untuk
mengarahkan perilaku mereka sendiri. Tetapi mereka orang mampu mengontrol
perasaan mereka dan berperilaku rasional. Kerana organisasi harus
mempertanggung jawabkan bahwa perasaan tidak bercampur dengan rasio dan
kebanyakan hal-hal yang berkenaan dengan ekonomi, perilaku yang didasarkan pada
perasaan mereka sebaik pikiran mereka.
Sumber:
Sutarto,
Dasar-dasaar Kepemimpinan Administrasi, Gajah Mada University Press,
1986, h.98-100.
“Theory Y”:
1.
Kebanyakan
orang senang akan bermacam-macam pekerjaan dan bersedia secara sukarela
berupaya dengan kekuatan mental dan fisik dalam melakukan pekerjaan.
2.
Kebanyakan
orang mempunyai alasan-alasan lain dari pada sekedar alas an uang di dalam
bekerja, dan alasan-alasan ini pada akhirnya sama penting dengan alas an uang
bagi mereka.
3.
Kebanyakan
orang mampu mengarahkan dan mengontrol pekerjaan mereka sendiri dalam
mencapai tujuan organisasi yang mereka amanatkan.
4.
Kebanyakan
orang bersedia menerima dan bahkan merusaha mencari tanggung jawab di bawah
syarat-syarat yang pasti.
5.
Kebanyakan
orang lebih mampu menunjukkan kemampuan kreativitasnya dan kecerdasannya dari
pada mereka bekerja dalam ikatan organisasi.
6.
Kebanyakan
orang ingin, mencari, dan merasakan persahabatan, perhubungan saling membantu
dengan orang lain.
Sumber:
Sutarto,
Dasar-dasaar Kepemimpinan Administrasi, Gajah Mada University Press,
1986, h.100-101.
“Teori X”
Menurut
Sutarto, dirumuskan sbb:
Di dalam
suatu organisasi para pekerja pada umumnya berusaha bekerja sedikit mungkin,
mereka tidak mempunyai ambisi untuk maju, tidak memiliki gairah untuk menemukan
cara kerja yang lebih baik, mereka pada umumnya kurang pandai, bekerja secara
pasif, senang menghasut, senang menipu diri sendiri, para pekerja melakukan
pekerjaan dengan mengutamakan imbalan materi, bekerja hanya berdasarkan
perintah, tidak pernah dapat mengemukakan gagasan baru, sering tidak masuk
kerja dengan berbagai alas an yang dicari-cari, senang memberikan laporan yang
tidak sesuai dengan kenyataan.
Maka
pengarahan yang seharusnya dilakukan adalah bersifat keras, hukuman banyak
dilakukan terhadap pelanggaran, pengontrolan harus dilakukan secara ketat,
dilakukan cara memimpin yang otoriter, sentralistis, tindakan tegas.
Hanya dengan
jalan ini organisasi dapat berjalan kearah pencapaian tujuan walaupun dengan
susah payah.
Masih
menurut Sutarto, Teori Y, yaitu:
Di dalam
organisasi para pekerja pada umumnya senang bekerja, mereka merasakan kerja
sebagai hobi, bekerja dengan penuh keaktifan, rasa tanggung jawab yangbesar,
rajin disiplin, penuh rasa pengabdian, ada gairah untuk maju, selalu berusaha
menemukan cara kerja yang lebih baik, banyak gagasan baru dianjukan, para
pekerja lebih senang mengarahkan diri sendiri, mengontrol diri sendiri,
sehingga pengarahan yang dilakukan lebih bersifat mengikuti, pengontrolan
longgar, cara memimpin demokratis, banyak pelimpahan wewenang, banyak mengikut
sertakan bawahan dalam mengambil keputusan.
Sumber:
Sutarto,
Dasar-dasaar Kepemimpinan Administrasi, Gajah Mada University Press,
1986, h.101-102.
Tabel Teori X dan Y.
Teori X
|
Teori Y
|
||
1.
|
Sifat
pekerjaan adalah tidak disukai oleh kebanyakan orang.
|
1.
|
Pekerjaan
biasanya adalah sebagai permainan apabila kondisi-kondisi menguntungkan
|
2.
|
Kebanyakan
orang tidak mempunyai ambisi, mempunyai sedikit keinginan akan tanggung
jawab, dan suka diarahkan.
|
2.
|
Pengendalian
diri sering sangat diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi
|
3.
|
Kebanyakan
orang mempunyai sedikit kemampuan untuk kreativitas dalam memecahkan
masalah-masalah organisasi.
|
3.
|
Kemanan
untuk kreativitas dalam memecahkan masalah-masalah organisasi dibagikan secara
luas kepada banyak orang.
|
4.
|
Motivasi
hanya terjadi pada tingkat filosofis dan keamanan.
|
4.
|
Motivasi
terjadi pada tingkat sosial, penghargaan dan aktualisasi diri, maupun pada
tingkat filosofis
|
5.
|
Kebanykan
orang harus dikendalikan secara ketat dan sering dipaksa untuk mencapai
tujuan-tujuan oragnisasi.
|
5.
|
Orang-orang
dapat mengarahkan sendiri dan kreatif pada pekerjaan, apabila dimotivasi
secukupnya.
|
Sumber:
Moekijat,
Dasar-dasar Motivasi, Sumur Bandung, 1984, h. 67.
“Teori Z”
Dipopulerkan
oleh Lyndall F. Urwick, intinya:
Bahwa
apabila semua dalam kondisi kerja yang baik, maka pengarahan yang dilakukan
sebaiknya mengambil segi baik dari teori X dan teori Y.
Pada suatu
saat seorang pemimpin memang orang harus menggunakan cara halus, hanya sedikit mengontrol,
memerintah dengan sikap permintaan, saran ataupun sukarela, lebih bersifat
menanyakan dari pada menegur, pada lain kesempatan seorang pemimpin harus
berani bertindak tegas, melakukan control secara ketat, memberi perintah
tegas, menyalahkan, dan bahkan bila terpaksa harus berani menghukum sesuai
dengan kesalahan yang dibuat oleh bawahannya.
Baik secara
halus maupun secara tegas kedua-duanya dilandasi suatu harapan bahwa tujuan
organisasi dapat tercapai dengan baik.
Sumber:
Robert
Fulmer, The New Management, McMillan Publi, McMillan Publishing Co, Inc, 1974,
p. 355.
Sutarto,
Dasar-dasaar Kepemimpinan Administrasi, Gajah Mada University Press,
1986, h. 102-103.
“Teori Z”
William G.
Ouchi, mengemukakan, bahwa:
Produktivitas
akan meningkat apabia melibatkan pekerja.
Ciri-ciri
organisasi tipe Z:
Pola umum
masa jabatan yang panjang, berulang kali tegas melakukan pemeriksaan,
keseimbangan antara pemakaian system informasi manejemen modern, perncanaan
formal, menejemen berdasarkan sasaran, serta teknik kuantitatif lainnya dan
penilaian pokok personal didasarkan pengalaman, da tidk hanya data relevan yang
dengan segera.
Sumber:
Sutarto,
Dasar-dasaar Kepemimpinan Administrasi, Gajah Mada University Press,
1986, h. 103
Tidak ada komentar:
Posting Komentar